Dengarkan Nasihat Ini - Bang Jhaz

Selasa, 03 Agustus 2021

Dengarkan Nasihat Ini



"Gua tau dia tulus, gua tau dia perhatian, melakukan banyak hal untuk membuktikan rasa sayangnya, gua juga ga mau kehilangan dia. Tapi gua belum bisa nerima dia. Gua takut suatu saat dia bakal ninggalin gua dan gua ga siap untuk menerima luka itu nanti ketika gua udah sayang ke dia."

Saya menatapnya, "Lu trauma akan masa lalu lu"

Mendengar respon saya, dia terdiam sejenak seakan menyadari sesuatu, lantas menghela nafas. "Iya. Itu sakit banget"

Selanjutnya bisa kita tebak apa nasihat yang saya berikan, yang saya yakin dia pun sebenarnya tau. Bahwa semua orang berbeda. Tidak sama. Apa yang seseorang lakukan kepada mu, orang lain belum tentu melakukan hal yang sama. Bahkan meskipun kamu memperlakukan dua orang itu dengan cara yang sama.  

"Gua tau itu. Cuma ga tau kenapa gua masih aja takut."

Saya tersenyum sinis, "Well, sepenting apa berada dalam sebuah hubungan bagi lu?"

"Maksudnya?"

"Kalo lu menganggap berada dalam sebuah hubungan itu penting, maka lu harus berani. Take action, and also take a risk. Tapi kalo lu merasa itu ga penting-penting amat ya ga usah. Gua tau apa yang membuat lu begitu trauma dengan hubungan lu sebelumnya."

Dia memicingkan mata

"Lu trauma karna lu udah berusaha lebih, melakukan banyak hal agar dia tetap di samping lu, mengorbankan hal hal yang seharusnya lu prioritaskan, karna saat itu lu merasa ga ada yang lebih penting dari dirinya"

Dia tersenyum, "Agak lebay si tapi bener juga. Hahah"

"Dengarkan nasihat ini. Mungkin akan berguna buat lu kedepannya. Kita udah gede. Umur udah ga muda lagi, masa depan kita udah ga jauh lagi. Artinya segala keputusan lu, jadikan masa depan sebagai pertimbangan lu.

Masa depan mempunyai perencanaan-perencanaan tentunya. Dan itu harus sudah kita mulai sekarang. Bahkan seharusnya sedari dulu. Maka jika ada hal-hal yang tidak sejalan bahkan bertolak belakang dengan perencanaan masa depan lu, atau hanya sekedar membuat jalan lu agak menyimpang sedikit, hentikan sekarang juga. Kecuali kalo lu tipe orang yang bodo amat ntar pas tua mau kaya gimana.

Ketika pemikiran lu udah seperti ini, bagaimanapun dunia dan penghuninya menyakiti lu pada hal-hal yang bukan menjadi tujuan lu, lu akan tegar. Lu akan tetap fokus pada tujuan lu. Ibaratkan tujuan lu adalah mengantarkan telor dari desa A ke desa B. Bagi lu itu sangat penting, yang kalo ga lu lakukan lu akan sangat menyesal. 

Maka lu ga akan peduli akan terik panas yang menyengat. Lu ga akan merasa berat mengeluarkan duit sekian untuk beli bensin. Lu ga akan ngeluh saat terjebak macet. Bahkan ketika lu keabisan bensin dan harus jalan kaki, lu tetep akan tegar. Yang penting telor itu bisa nyampe, dan desa B ga akan kemana mana, tetap nunggu lu. Sampai pada titik lu jatoh dan badan lu lecet-lecet, yang lu ucap adalah, 'syukurlah telornya ga pecah', dan lu tetep melangkah. Sampai akhirnya lu sampe di kota B lu baru akan istirahat dengan merasa sangat puas. Mengenang, seandainya lu berenti di tengah jalan, entah apa yang bakal lu rasakan sekarang. 

Apakah berada dalam suatu hubungan saat ini akan mengganggu perencanaan masa depan lu atau malah membantu. Apakah dengan menolak seseorang akan membuat lu makin fokus pada tujuan lu atau malah mengacaukan. Hanya itu pertimbangannya. Bukan karna lu ga mau kehilangan seseorang atau takut mendapatkan luka yang sama yang pernah lu rasakan sebelumnya. Pun berlaku pada keraguan-keraguan lainnya di hidup lu."

Dia menguap, entah betulan atau sekedar mengejek nasihat saya yang terdengar sangat teoritis sekali. Saya juga akan tersenyum dalam hati jika mendengar nasihat yang sama dari orang lain. Itu sangat sulit untuk dijalankan, setidaknya untuk saya. Saya utarakan kiranya dia orang yang berbeda. Atau ketika ada orang lain yang megeluhkan hal yang sama kepadanya, dia akan teringat nasihat saya dan menyampaikannya kepada orang lain. Intinya saya berharap nasihat ini akan berguna untuk seseorang pada suatu waktu. 

Itulah mengapa saya menuliskannya di sini. Saya ingin ini menjadi pengingat bagi diri saya pribadi nantinya. Juga menjadi jawaban bagi yang mempunyai keluhan yang sama. Karna amatilah, setiap permasalahan terjadi pada semua orang, hanya beda model, kapasitas, dan kekuatan diri untuk menerimanya. Masalah seperti yang diceritakan teman saya ini, saya pernah mengalami dan merasakannya.

Percakapan tersebut sebenarnya masih panjang. Tapi kita tau lah apa kelanjutannya. Tidak jauh-jauh dari dia mendetailkan permasalahan yang terjadi karna merasa saya belum paham betul situasinya seperti apa. Padahal ketika didetailkan pun, jawaban dan solusinya tetap sama. Sampai akhirnya dia capek sendiri dan menganggap tidak ada yang benar-benar mengerti dirinya. Dia tidak tau yang sebenarnya terjadi adalah telinganya yang hanya terbuka untuk kalimat-kalimat tertentu yang dia inginkan. Selain kalimat-kalimat itu sempurna terhalang untuk masuk. Mental sejauh-jauhnya.  

Hari ini saya memberi nasihat seperti ini, namun suatu hari nanti saya yang butuh sekali nasihat sepert ini. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar